Cari Blog Ini

info lainnya

Pelajaran Berharga

Mau Dapet Uang Ya Harus Mau Keluar Uang
Dikutip dari Cosa Aranda, cosaaranda.com


Beberapa waktu lalu saya sempat menonton reality show Minta Tolong di salah satu stasiun televisi swasta. Saya yakin, banyak dari teman-teman yang juga setidaknya pernah sekali menonton acara tersebut. Di episode yang kebetulan saya tonton tersebut, wanita penolong ternyata mati-matian MENOLAK hadiah yang diberikan. Tidak hanya sampai mengejar kru Minta Tolong yang memberikan uang hadiah, ia juga menarik-narik kameramen untuk mengembalikan uang hadiah tersebut. Alasannya? Simpel. Karena ia menolong dengan tulus dan merasa TIDAK BERHAK untuk mendapatkan uang tersebut.

Pengalaman yang sebelas dua belas pernah saya alami beberapa tahun lalu dalam perjalanan dari Jogja ke Surabaya. Atau dari Surabaya ke Jogja ya? Udah lupa, hehehe. Yang jelas, saat itu saya sekeluarga beristirahat di sebuah area peristirahatan yang juga sekaligus merupakan pasar kerajinan dan pasar binatang. Usai meregangkan kaki, kami pun beranjak masuk ke mobil untuk melanjutkan perjalanan. Pada saat itu datang seorang ibu-ibu paruh baya menawarkan dagangannya, beraneka ragam jajan pasar. Berhubung memang sudah kenyang, maka kami tidak berminat untuk membeli makanan-makanan tersebut. Namun, karena kasihan, ibu saya memberinya uang. Sekitar 10 ribu rupiah kalau tidak salah. Yang terjadi kemudian adalah, ibu-ibu penjual tersebut MEMAKSA untuk memberikan dagangannya dengan jumlah yang setara dengan uang yang diberikan oleh ibu saya, sambil berkata dalam bahasa Jawa yang artinya kurang lebih, “Saya ini jualan, bukan pengemis, jadi gak berhak untuk nerima uang begitu saja.”

Kawan, momen-momen tersebut merupakan sepercik memori yang tidak akan pernah terhapus dalam hati saya. Tentang bagaimana orang-orang yang sangat membutuhkan pun tidak mau menerima uang yang mereka rasa bukan haknya, tentang bagaimana mereka yang bukan orang berkecukupan pun masih punya harga diri untuk menyadari bahwa rejeki adalah hasil dari kerja keras dan bukan pemberian orang, dan tentang betapa naifnya kita dengan hidup yang masih lebih baik dari mereka namun kadang ingin mendapat harta berlimpah hanya dengan ongkang-ongkang kaki di rumah tanpa berusaha terlebih dahulu.

Mau dapet penghasilan, ya harus punya keahlian.

Mau punya keahlian, ya harus belajar.

Mau belajar, ya harus keluar uang dan waktu.

Dari jaman Trunojoyo hingga Anggodo ya seperti itu prosesnya. Sederhana, mudah dipahami, tapi kadang susah diterima. Padahal mau dikata apa lagi, ya sudah seperti itu jalannya. Kalau mau dapet sesuatu, ya harus rela berkurban sesuatu. Kurban uang, kurban waktu, bahkan kadang kurban perasaan. Untuk yang terakhir ini, orang yang sudah sukses pun bisa mengalaminya. Seperti kawan saya, salah satu penjual produk digital terkenal, yang terpaksa kurban perasaan dengan cari kerja kantoran hanya gara-gara calon mertuanya tidak mau anak kesayangannya menikah dengan orang seperti kita-kita ini, yang garis batas pengangguran dengan pebisnis internet sukses amat sangat tipis, hehehe.

Selamat Hari Raya Idul Adha 1430H, kawan.

MATERI LAINNYA